Selasa, 09 Februari 2016

Mempelai Bisu, Tuli, dan Lumpuh.


      Dikisahkan seorang lelaki shaleh bernama Tsabit sedang berjalan dipinggiran kota Kufah. Tiba-tiba ia melihat sebuah apael jatuh keluar pagar kebun buah-buahan. Karena sangat lapar, tanpa pikir panjang lelaki tersebut langsung memakannya. Akan tetapi baru setengahnya dimakan, dia teringat bahwa apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapatkan izin dari pemiliknya.
      Pergilah ia ke dalam kebun buah itu dan bertemu dengan seorang laki-laki. Maka langsung saja Tsabit menyampaikan maksudnya. Namun, lelaki yang diajaknya bicara malah mengatakan, "Aku bukan pemilik kebun ini, aku hanya penjaga yang ditugasi merawat dan mengurusi kebunnya."
      Dengan nada menyesal Tsabit menanyakan dimana rumah pemilik kebun itu. Sang pengurus kebun memberitahu bahwa jika ingin menemui pemilik kebun itu, maka ia herus menempuh oerjalanan sehari semalam. Lelaki shaleh ini pun bergegas menempuh perjalanan jauh tersebut untuk memperoleh ridha dari pemilik buah apel yang telah ia makan separuh.
      "Wahai Tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur memakan setengah dari buah apel Tuan yang jatuh keluar kebun Tuan. Karena itu apa Tuan ridha menghalalkan apa yang sudah saya makan itu?" tanya Tsabit sopan ketika menemui sang pemilik kebun.
      Bapak tua itu mencermati sosok pemuda dihadapannya itu, lalu berkata tegas, "Tidak! Aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat."
      "Apa syarat itu, Tuan?" Tsabit merasa khawatir tidak bisa memenuhi syarat yang diberikan oleh pemilik kebun apel tersebut.
      "Engkau harus menikahi putriku yang cacat! Dia bisu, tuli, buta dan lumpuh. Bagaimana ?, apakah Engkau sanggup ?"
      Berat hati Tsabit untuk menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh sang pemilik kebun, namun lebih tak sanggup lagi jika ia mengingat sabda Rasulullah,

"Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka".

      Maka mengingat beratnya siksa yang akan ia pikul di akhirat nanti, ia pun lebih memilih untuk mengorbankan kebahagiannya di dunia, itu pikirnya.
      Setelah akad nikah dilangsungkan, Tsabit mengetuk kamar pengantin. Ia hendak menemui istrinya. Saat ia mengucapkan salam, dari balik pintu terdengar jawaban salam yang merdu. Tsabit terheran-heran. Bukankah bapak gadis ini mengatakan bahwa putrinya bisu ?.
      Tsabit dengan ragu memasuki kamar tersebut. Ia tersentak ketika menyaksikan gadis yang saat ini telah resmi menjadi istrinya itu adalah wanita sempurna yang jelita. Tak kurang satu apapun. Gadis itu mengulum senyumnya.
      Setelah Tsabit duduk di samping istrinya, ia segera menyuarakan keheranannya, "Ayahmu berkata padaku bahwa Engkau bisu tapi nyatanya kau menjawab salamku. Mengapa demikian ?"
      Mendengar keheranan suaminya, wanita itu tersipu malu sembari menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah menggunakan lidahku selain untuk bedzikir menyebut asma Allah saja. Aku juga tak pernah membicarakan hal dunia yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhiratku."
      Tsabit tercengang mendengar penuturan istrinya, lalu ia bertanya lagi, "Kemudian, mengapa ayahmu mengatakan putrinya tuli ?"
      "Aku dikatakan tuli sebab aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat Allah ridha."
      "Lalu apa yang membuatmu dijuluki buta ?"
      "Itu karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah. Kau pasti heran mengapa ayahku mengatakan aku lumpuh ?" Tsabit mengangguk, mengiyakan pertanyaan istrinya.
      "Sebab kedua kakiku ini tidak pernah kulangkahkan untuk pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala."
      Mendengar penjelasan istrinya tersebut, Tsabit mersa amat bahagia. Ternyata Allah telah memberikannya seorang istri shalehah yang cacat untuk urusan dunia, namun sempurna untuk urusan akhirat. Mereka berdua hidup rukun dan bahagia. Terlebih kebahagian mereka kekal, Ketika seorang putra yang terlahir dari keluarga tersebut mampu memancarkan ilmunya ke seluruh penjuru semesta.
      Wahai cantik, sungguh anak-anak yang saleh akan terlahir dari orang tua yang shaleh pula. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang selalu menabur nilai-nilai kemuliaan dan dari perjuangan bapak yang memberi keteladanan hidup.

0 komentar:

Posting Komentar

Sobat Kun

Populer Kun